Selasa, 03 November 2015

Rangkuman Metode Penelitian 8

Standard

 Validitas Dan Realibilitas


           Selasa 27 Oktober 2015, dosen pangampu makul metode penelitian ibu. Dr. Heri Retnowati, M.Pd. menjelaskan kepada kami mengenai validitas dan realibilitas.

A. Validitas
            1. Definisi
        Linn & Gronlund (1995) menjelaskan validitas mengacu pada kecukupan dan kelayakan interpretasi yang dibuat dari penilaian, berkenaan dengan penggunaan khusus. Pendapat ini diperkuat
oleh Messick (1989) bahwa validitas merupakan kebijakan evaluatif yang terintegrasi tentang sejauhmana fakta empiris dan alasan teoretis mendukung kecukupan dan kesesuaian inferensi dan tindakan berdasarkan skor tes. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa validitas akan menunjukkan dukungan fakta empiris dan alasan teoretis terhadap terhadap interpretasi skor tes, dan terkait dengan kecermatan pengukuran.
2. Kriteria Validitas
            Validitas itu dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe, yaitu :
(1) validitas kriteria (criterion related),
Validitas berdasarkan kriteria dibedakan menjadi dua, yaitu validitas prediktif dan validitas konkuren. Validitas berdasarkan kriteria dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan sejauh mana tes memprediksi kemampuan peserta di masa mendatang (predictive validity) atau mengestimasi kemampuan dengan alat ukur lain dengan tenggang waktu yang hampir bersamaan (concurrent validity) (Fernandes ,1984).
(2) validitas isi
 Validitas isi suatu instrumen adalah sejauhmana butir-butir dalam instrumen itu mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur dan sejauh mana butir-butir itu mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur (Nunnally, 1978;Fernandes, 1984). Sedangkan menurut Tuckhman dalam wagiran (2014)  validitas isi berarti juga menunjukan seberapa baik isi dari tes mewakili situasi dari subjek dimana kesimpulan akan dibuat.
(3) validitas konstruk.
validitas yang menunjukkan sejauhmana instrumen mengungkap suatu kemampuan atau konstruk teoretis tertentu yang hendak diukurnya (Nunnally, 1978, Fernandes, 1984)
Prosedur validasi konstruk diawali dari suatu identifikasi dan batasan mengenai variabel yang hendak diukur dan dinyatakan dalam bentuk konstruk logis berdasarkan teori mengenai variabel tersebut. Dari teori ini ditarik suatu konskuensi praktis mengenai hasil pengukuran pada kondisi tertentu, dan konskuensi inilah yang akan diuji. Apabila hasilnya sesuai dengan harapan maka instrumen itu dianggap memiliki validitas konstruk yang baik.
B.        Reliabilitas
Mehrens & Lehman dalam Heri (2014) menyatakan bahwa reliabilitas merupakan derajat keajengan (Consinstency) diantara dua buah hasi pengukuran pada objek yang sama. Reliabilitas ditunjukan dengan angka atau koefisien. Semakin tinggi koefisien menunjukan semakin tinggi reliabilitas dan menunjukan kesalahan varian minimum.
Reliabilitas suatu tes pada umumnya diekspresikan secara numerik dalam bentuk koefisien yang besarnya -1 > 0> +1. Koefisien tinggi menunjukkan reliabilitas tinggi. Sebaliknya, jika koefisien suatu tes rendah maka reliabilitas tes rendah. Jika suatu reliabilitas sempurna, berarti tes tersebut mempunyai koefisien +1 atau -1.
Estimasi reliabilitas tes yang dapat dilakukan dengan dua cara, baik konsistensi eksternal dan maupun konsistensi internalnya. Pengukuran Konsistensi Eksternal Reliabilitas eksternal diperoleh dengan cara mengolah hasil pengetesan yang berbeda, baik dari instrument yang berbeda maupun yang sama. Ada dua cara untuk estimasi reliabilitas eksternal suatu instrument yaitu dengan teknik ulang dan teknik paralel.

1.       Estimasi Reliabel Eksternal.
a)        Metode Tes Ulang
Estimasi reliabilitas dengan pendekatan tes-retes akan menghasilkan koefisien stabilitas. Untuk memperoleh koefisien reliabilitas melalui pendekatan tes-retes dapat dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi linier antara distribusi skor subjek pada pemberian tes pertama dengan skor subjek pada pemberian skor kedua.
 
b)        Metode Bentuk Paralel (Equivalen)
Tes paralel atau tes equivalent adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran dan susunan tetapi butir-butir soalnya berbeda, dalam istilah bahasa Inggris disebut alternate-forms method (parallel forms). Dalam menggunakan metode tes paralel pengetes harus menyiapkan dua buah tes, dan masing-masing dicobakan kepada sekelompok siswa yang sama. Penggunaan metode ini baik karena siswa dihadapkan kepada dua macam tes sehingga tidak ada faktor “ masih ingat-ingat soalnya” yang dalam evaluasi disebut adanya practice-effect- dan carry-over-effect. Artinya ada faktor yang dibawa oleh pengikut tes karena sudah mengerjakan soal tersebut.
Kelemahan dari metode ini adalah bahwa pengetes pekerjaannya berat karena harus menyusun dua seri tes. Lagipula harus tersedia waktu yang lama untuk mencobakan dua kali tes. Mengenai pertanyaan bagaimana proses melaksanakan tes reliabilitas secara ekivalen? Berikut ini akan ditunjukkan beberapa langkah-langkah tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1)  Menentukan subjek sasaran yang hendak di tes
2)  Melakukan tes yang dimaksud kepada sasaran subjek yang dimaksud
3)  Diadministrasi dengan baik
4)  Dalam waktu yang tidak begitu lama melakukan tes yang kedua pada kelompok tersebut.
5)  Mengkorelasikan antara kedua skor tes tersebut.
Jika hasil koefisien ekivalen tinggi, berarti tes memiliki reliabilitas ekivalen baik. Sebaliknya, jika ternyata koefesien rendah maka reliabilitas ekivalen tes adalah rendah. Reliabilitas ekivalen merupakn salah satu bentuk yang diterima dan umum dipakai penelitian terutama penelitian pendidikan.

2.  Pengukuran Konsistensi Internal
Reliabilitas internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali pengetesan. Pemilihan suatu teknik didasarkan atas bentuk instrument atau selera peneliti. Kadang-kadang penggunaan teknik yang berbeda menghasilkan indeks reliabilitas yang berbeda pula. Hal ini wajar saja karena kadang-kadang dipengaruhi oleh sifat atau karakteristik datanya sehingga dalam perhitungan diperoleh angka berbeda sebagai akibat pembulatan angka. Namun demikian, untuk beberapa teknik diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu sehingga peneliti tidak begitu saja memilih teknik-teknik tersebut.
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mencari besarnya reliabilitas antara lain adalah :
a.  Metode Belah Dua (Split Half Method)
Dalam teknik belah dua ini, dalam pengetesan hanya menggunakan satu tes yang dicobakan satu kali kepada sejumlah subjek (sample). Item-item pada tes dibagi dua. Skor dari setengah item-item tes pada bagian yang pertama dikorelasikan dengan skor setengah item-item tes pada bagian yang kedua. Mencari reliabilitas dengan menggunakan teknik belah dua sekurangkurangnya ada dua persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu :
1)  Banyaknya butir pertanyaan atau butir soal dalam instrument harus genap agar dapat dibelah
2)  Antara belahan pertama dengan belahan kedua harus seimbang.
Belahan instrument dikatakan seimbang jika jumlah butir pertanyaannya sama dan pertanyaan tersebut mengungkap aspek yang sama. Untuk memperoleh belahan yang seimbang, peneliti harus membuat pertanyaan dalam jumlah genap untuk setiap aspek atau factor. Dengan demikian, letak butir dapat disebar sedemikian rupa agar kalau dalam analisis data akan melakukan pembelahan sudah diketahui dengan pasti manakah pasangan-pasangan butir pertanyaannya. Itulah sebabnya perencanaan penelitian harus terpadu dalam memperhatikan tabel, pembuatan instrument, uji coba, pengujian reliabilitas, analisis data, dsb.
Cara pembelahan ini dapat menghindari kemungkinan terjadinya pengelompokan item-item tertentu kedalam salah satu belahan saja. Ada beberapa pengujian reliabilitas dengan metode belah dua, antara lain:
1)  Rumus Spearman-Brown
 
Dengan:
ri                    =  Reliabilitas Internal seluruh instrumen.
rb                   =  Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua.

2).   Rumus Flanagan
 
Dengan:
r11              =   Reliabilitas Instrumen
v1               =   varians belahan pertama
v2               =   Varians belahan kedua
vt            =   Varians skor total

3)   Rumus Rulon
 
Dengan:
r11              =   Reliabilitas Instrumen
vd               =   varians beda
d                =   skor belahan awal dikurang skor pada belahan akhir
vt            =   Varians skor total

4).   Rumus KR. 20 (Kuder-Richardson 20)
 
Dengan:
r11              =   Reliabilitas Instrumen
pi               =   Proporsional banyaknya subjek yang menjawab pada item 1
k                =   Jumlah item dalam instrumen
s2t           =   Varians skor total
qi               =   1- pi

5)   Rumus Kr 21
 
Dengan:
r11              =   Reliabilitas Instrumen
M              =   mean skor total
k                =   Jumlah item dalam instrumen
s2t           =   Varians skor total

b)        Metode Non Belah Dua
Perhitungan dengan instrumen non dikotomis dapat dilakukan dengan menggunakan
kaidah Cronbach Alpa. Rumus koefisien Alpa adalah sebagai berikut:
 
Dengan:
r11              =   Reliabilitas Instrumen
k                =   Jumlah item dalam instrumen
2t          =   Varians skor total
t           =   Varians total

Sumber :


Retnawati, Heri. Reliabilitas. Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta
Wagiran, (2014), Metodologi Penelitian Pendidikan (teori dan implementasi), Yogyakarta: Deepublish

0 komentar:

Posting Komentar